Kamis, 05 Agustus 2010

Tabuik ,Tradisi Sakral Masyarakat Pariaman


Tabuik Ketika diarak Keliling Kota Pariaman

Menurut orang tua-tua di Pariaman,konon budaya tabuik ini dibawa ke Pariaman oleh penganut syi,ah yang berasal dari Timur Tengah,untuk peringatan perang Karbala.Akan tetapi dalam pelaksanaannya upacara tabuik ini lebih banyak untuk menyatakan rasa duka yang mendalam serta hormat umat Islam di Pariaman kepada cucu Nabi Muhammad SAW Hussain yang gugur di Padang Karbala oleh pasukan Yazid bin Muawiyah dari dinasti ummayah.
Nama tabuik ini berasal dari kata Tabut (bahasa arab) yang berarti mengarak.Upacara tabuik ini telah diselenggarakan oleh masyarakat Pariaman secara turun temurun sejak dahulunya (kapan dimulainya tidak diketahui)di selaksanakan pada hari asura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram pada calendar Islam dan digelar setiap tahun sebagai agenda pariwisata kota Pariaman.

Suasana Ketika Tabuik dilarung ke Laut
Upacara Ritual Tabuik.
Dua minggu sebelum upacara warga Pariaman mempersiapkan/membuat dua buah tabuik,yaitu berupa bangunan seni yang dihias sedemikan rupa,badannya berbentuk kuda berkepala manusia yang juga ada sayapnya,konon ini sebagai perlambang binatang ghaib “buraq” (dalam kepercayaan islam binatang inilah membawa Nabi Muhammad SAW terbang ke langit ketujuh pada waktu isra’ miraj).
Selain membuat Tabuik warga pariaman juga menjalankan ritual lainnya yaitu membuat kue-kue dan puasa.
Pada hari pelaksanaan mengarak tabuik,sejak pagi keramaian telah terasa di kota Pariaman.Seluruh peserta dan kelengkapan upacara dipersiapkan untuk di arak keliling kota Pariaman.Warga Pariaman berkerumun di pinggir jalan untuk menyaksikan arak-arakan tabuik yang hangar bingar dengan suara peserta tabuik yang meneriakkan “Hayya Hussain… Hayya Hussain!!!”sebagai rasa hormat kepada cucu Nabi Muhammad SAW itu.Teriakkan itu di tingkahi pula oleh suara gendang tassa(gendang khas Pariaman) yang membahana.
Ya upacara mengarak tabuik memang merupakan suatu karnaval  yang meriah,energik dan penuh semangat serta sacral.
Arak-arakan ini sesekali berhenti,pada sat ini beberapa pemain silat menujukan kebolehannya kepada khalayak ramai.
Para Pemain Gendang Tassa

Saat matahari terbenam tiba, arak-arakan pun berakhir. Kedua Tabuik dibawa ke pantai Pariaman dan selanjutnya dilarung ke laut. Hal ini dilakukan karena ada kepercayaan bahwa dibuangnya Tabuik ini ke laut, dapat membuang sial. Di samping itu, momen ini juga dipercaya sebagai waktunya Buraq terbang ke langit, dengan membawa segala jenis sesaji yang ada di dalam tabuik tersebut.

Sumber foto : google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar